Tetap setia menungguku untuk pulang,
Teringat Edelweis Abadi mu yang juga selalu setia menemani mu.
Teringat aku sewaktu berkemah di punggungmu 1 malam di "Patok 2", Pasar bubrah, jurang jurang dalam yang sangat menawan, Edelweis mu yang sampai hari ini masih ada, yang sengaja aku petik untuk kekasih hati.
Waktu itu hari masih pagi jam 09.00 teman-teman memutuskan naik Merapi lewat "Selo" masih pagi memang tidak seperti pendakian lain, kejar sunrise naik malam, namun kita berlima memang memutuskan untuk jalan santai saja sampai patok 2 kita berkemah di gua di bawah nya, teman-teman yang suka atao pernah naik merapi pasti tau goa itu, yang memang sering untuk balapan dulu-duluan menempatinya.
Sesampai Patok 2 sekitar jam 3 siang , terus aku potong rumput untuk melembutkan tempat tidur alas mantel hujan nanti malam. ketika pas jam 19.00 teman teaman mulai lapar kita bikin mie pake gas portable, di dalam gua terasanya dan hangat dengan berlima kita "untel-untelan" hingga makin hangat dan pengap karena di tambah hawa dan asap dari lilin yang terus terbakar menghangati kami berlima, ketika malam hari pukul 02:00 sialan perut tidak bisa diajak kerjasama terpaksa deh kebutuhan dasar ini harus disalurkan dulu aku masih samar-samar bisa teringat dingin nya malam itu suara angin di sana sungguh membikin berdiri bulu kuduk, setelah selesai. Aku coba mnecari tahu sumber suara itu, suara itu seperti bunyi orang meniup sebuah pluit semakin dekat semakin keras suaranya, ternyata suara itu dari ranting pohon di tepi jurang yang oleh karena hembusan angin yang sangat kuat dari dasar jurang sehingga menghasilkan suara yang sangat khas sekali, kaya di film-film horror yang pernah aku liat. waktu menunjukan pukul 04.00 hujan turun dengan lebatnya disertai badai yang cukup kencang.
Hal ini pernah juga aku alami ketika naik merbabu melalui rute desa ngaduman mungkin jarang para pendaki yang lewat jalur ini karena ini merupakan jalur penduduk lereng merbabu kebetulan teman ku yang bernama Paulus Ngatimin rumahnya di desa itu. kalo naik dari sana nanti ketemunya di pos dua, waktu itu saya bersama teman terjebak badai pangan mata boleh di bilang 1 Meter aja yang ada cuman air dan pasir yang bertaburan secara horizontal sehingga kami semua bertiarap dan mundur pelan pelan sampai ditch yang lebih dalam sehingga melindungi kami semua dari badai, badai ternyata tidak kunjung reda dari yang 2 malam sampai jam 4 pagi kami saling berdudk berhadapan dan mantel-mantel kami gabungkan untuk melindungi kami dari angin hujan air dan pasir yang kencang. setelah reda ternyata kami sudah dekat dengan watu gubuk tau gitu mendingan kami tiaprap naik tadi malam.
Kembali Ke Merapi lagi sekitar jam 4 pagi kami mulai mendengar langkah langkah kami di atas kami, ternyata rekan-rekan pendaki yang naik malam udah nyampai di patok dua, kami segera bersiap untuk bersama-sama naik dengan mereka sesampai di pasar bubrah ternyata di sana udah rame para pendaki yang menginap meskipun basah kuyup karena semalam ternyata ada hujan yang lebat mungkin juga badai aku dapat kenalan orang klaten, orang boyolali yang udah aku lupa. dari sana Kendhit mulai tampak menjulang akhirnya dengan pengorbanan mental, dan tenaga akhirnya sampai juga di puncak Garuda yang sewaktu itu masih ada karena belum meletus yang terkhir kali merenggut satu nyawa pencinta alam di bunker. tidak tahu sekarang masih ada atau tidak, Bau belerang yang menyengat, dasar kawah mu yang merah menganga sungguh kekuatan yang mengerikan sekaligus menakjubkan diatas kami juga melihat alat seismograf lengkap dengan accu-nya. setelah diam sejenak akhirnya kami putuskan kembali turun.........Unforgettable moment.....
End Of today....... 1:37 am.
Tomorrow banyak kerjaan stikies udah banyak..
Berdoa.....
minum obat batuk...
Sleep well....
tomorrow lot to do job already waiting...
No comments:
Post a Comment